Opini Jujur Tentang Pernikahan

Menikah, sebagian orang berkata setelah menikah akan ada hidup enak dan indah, namun opini saya pribadi, hidup setelah pernikahan itu tidak selalu sebagus foto pre-wedding, wedding day, atau foto sosial media. Pasti ada yang namanya gajrukan, halangan, atau hambatan dalam pernikahan. Kita tinggal di Indonesia yang berarti memang kita dihadapkan dengan budaya ketimuran. Beberapa opini saya tentang pernikahan, antara lain:

1. Mahar.

Saya tidak peduli besar kecil mahar yang diberikan oleh pihak pria kepada pihak wanita, atau sebaliknya, namun, menurut saya, besar kecilnya mahar tidak menjamin hidup setelah pernikahan itu, enak. Bisa saja mahar kecil hidup bahagia, atau sebaliknya. Namun yang ingin saya garis bawahi adalah, MENIKAH ITU ADALAH MENYATUKAN KELUARGA BESAR. Jika anda pihak pria, maka harus tahu bahwa anak gadis yang ia ambil dari orang tuanya itu, nantinya akan mengurus anda sebagai suaminya, anak-anak anda, dan keluarga besar anda, seumur hidupnya bahkan tanpa digaji sekalipun. Jika anda pihak wanita, maka anda harus tahu, bahwa pria yang anda nikahi itu bukan ATM berjalan, anda sendiri berhak untuk meminta hak anda atas uang-uang suami anda, namun anda sebagai wanita juga harus sadar diri apabila jika suami anda tidak bisa mencukupi apa yang anda inginkan, minimal anda harus meyakinkan suami untuk bisa mencukupi apa yang keluarga kecil anda butuhkan.

2. Mertua.

Tidak jarang kasus di mana wanita direndahkan bahkan dirundung oleh mertuanya sendiri. Jika anda pihak pria, maka anda harus tahu, istri anda tersebut adalah wanita yang memilih anda menjadi suaminya dan menyerahkan seumur hidupnya, cita-citanya, keluarganya bahkan meninggalkan orang tuanya sendiri demi anda. Jadi, sebaiknya anda sebagai pria harus melindungi istri anda, bukannya selalu harus menuruti apa kata orang tua anda. Pihak pria harus mengerti bahwa setelah menikah, tanggung jawab anda adalah ISTRI dan ANAK. Memang ibu sudah melahirkan anda, namun istri anda itu, merawat anda sebagai suaminya bahkan melahirkan anak-anak untuk anda, dan bahkan merawat keluarga besar anda. Jika anda pihak wanita, anda harus tahu, bahwa pria yang kini anda sebut sebagai suami itu, berhak untuk dilindungi dan butuh perhatian. Jika orang tua anda sebagai pihak wanita, merundung suami anda, anda harus pasang badan, bukan malah ikut menjelekkan suami di depan mata keluarga besar anda, contoh, suami gaji kecil, bukan berarti anda harus membuka total aib suami di depan semua orang. Namun, orang tua dari dua belah pihak, diharapkan untuk jangan pernah ikut campur urusan rumah tangga anak sendiri, apalagi sampai harus memaksakan kehendak, contoh seperti cara mengasuh anak, atau urusan KPR rumah, atau urusan lainnya. Diharapkan juga baik suami atau istri, jangan pernah memaksakan kehendak orang tua masing-masing kepada pasangannya.

3. Ipar.

Saudara-saudara kandung anda baik anda pihak pria ataupun wanita, ada baiknya untuk diperingatkan agar menjauhi urusan rumah tangga anda. Baik pihak pria ataupun wanita, ada baiknya anda juga jangan pernah berbicara di grup keluarga besar anda, tentang pasangan anda, kecuali ada kekerasan, atau perselingkuhan, atau niat jahat lainnya dari pasangan anda, selain itu sebaiknya baik atau buruk pasangan anda, jangan sekali-kali anda curhat kepada saudara kandung anda, kecuali memang anda yakin saudara kandung anda tersebut bisa mencarikan solusi untuk anda. Biasanya ipar ada kadang suka mengompori masalah rumah tangga anda, jadi sebaiknya berhati-hati, agar anda sendiri bisa berpikir dengan kepala dingin dan adil dalam mengambil keputusan tanpa ada ikut campur pihak ketiga.

4. Teman atau lawan jenis.

Ketika sudah menikah, ada baiknya anda membatasi interaksi diri anda dengan lawan jenis, baik di lingkungan kerja ataupun lingkungan di luar rumah anda, atau ketika berada di sosial media. Ingat janji suci anda ketika menikah dengan pasangan resmi anda, dan ingat, khilaf itu bukan berkali-kali, mungkin kalau satu kali, bisa kita bilang khilaf, namun kalau sudah berkali-kali berbohong, itu bukan khilaf lagi, mohon maaf, buat saya itu kelewat nikmat.

5. Uang.

Ketika sudah menikah, buat saya, bukan uang suami adalah uang istri atau uang istri adalah uang istri. Buat saya, setelah menikah, itu adalah uang kami sebagai keluarga. Kita harus bisa melihat kondisi dan situasi, ada kalanya hidup ini di bawah, ada juga di atas. Ketika kita berada di titik terendah hidup misalnya kekurangan ekonomi, maka sebaiknya pasangan saling membantu, walaupun dalam banyak keterbatasan. Ada baiknya kedua belah pihak, terbuka soal kondisi keuangan masing-masing, contoh, suami memberikan seluruh gajinya kepada istri, dan istri bisa membuat laporan keuangan, uang tersebut untuk apa saja digunakan. Saran saya, sebaiknya pihak istri minta ijin apabila hendak menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan pribadi di luar kebutuhan anak atau suami, walaupun seharusnya suami membebaskan istri untuk berbuat apa kepada uang tersebut, selama masih baik dan benar penggunaannya.

6. Anak.

Menikah, bukan berarti buah cintanya adalah anak. Ada pepatah life is a game and love is the prize. Ketika anda menikah, anda harus ingat tiga hal: satu, orang tua anda bisa meninggal kapan saja, dua, anak anda bisa menikah kapan saja dan pasti akan hidup bersama pasangannya, dan tiga, pada akhirnya hanya akan ada anda berdua dengan pasangan (jika kalian berdua beruntung bisa hidup terus bersama). Anak bukan buah cinta, anak adalah hasil hubungan biologis kedua orang tuanya. Menikah tidak melulu soal harus punya anak kandung, karena masih banyak juga anak-anak yang butuh cinta setelah ditelantarkan orang tuanya sendiri. Jika mempunyai anak kandung, sebaiknya saya berikan saran, bikin anak itu berdua, bukan sendirian, jadi ada baiknya saling dukung dan bergantian dalam membesarkan anak, bukan menghindar dengan alasan capek kerja atau lainnya kecuali sakit.

7. Menjalani hidup berdua.

Selalu saling terbuka kepada pasangan masing-masing. Baik terbuka tentang kondisi keuangan, kondisi fisik, dan lainnya. Memang terkadang ada pepatah berbohong demi kebaikan. Namun, buat saya, bohong ya bohong, tetap dosa, tidak ada yang namanya berbohong demi kebaikan. Menjalani hidup berdua setelah menikah adalah proses yang berat, beruntung ketika pasangan suami istri bisa saling support satu sama lain, tidak memutus bakat satu sama lain dan saling mendukung, sampai tua, dan bisa menyelesaikan masalah sendiri tanpa harus melibatkan pihak lain.


Sekian opini saya tentang pernikahan. Ingin berkomentar? Harap gunakan bahasa yang baik, ya.